Inspiratif: 'Srikandi' Jurnalis yang tak Gentar walau Pernah ditodong Celurit - Dwi Mulyoso

Breaking

Dwi Mulyoso

Selamat datang, semoga apa yang saya posting dapat memberi manfaat untuk anda.

Ads

Space Iklan (BANNER 728X90) DM @mulyoso7 on Istagram

Thursday, March 29, 2018

Inspiratif: 'Srikandi' Jurnalis yang tak Gentar walau Pernah ditodong Celurit

Friska Kalia adalah seorang jurnalis wanita asal Bondowoso, Jawa Timur. Friska memulai karir profesionalnya sejak 2013 silam. Saat ini Friska berprofesi sebagai penulis berita di salah satu media berita nasional. Selain itu, Friska saat ini menjabat sebagai ketua Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI) Jember.


"Ini adalah profesi, bukan pekerjaan."
Friska hanya mau menyebut jurnalis adalah sebuah profesi baginya, bukan sebagai pekerjaan. Profesi adalah kata serapan dari sebuah kata dalam bahasa Inggris "Profess", yang dalam bahasa Yunani adalah "Επαγγελια", yang bermakna: "Janji untuk memenuhi kewajiban melakukan suatu tugas khusus secara tetap/permanen". Dalam hal ini Friska menjelaskan bahwa dirinya tetap menjaga ideologi pers yang berkomitmen untuk menyuarakan suara yang tak terdengar. Sedangkan pekerjaan adalah suatu hubungan yang melibatkan dua pihak antara perusahaan dengan para pekerja/karyawan. Para pekerja akan mendapatkan gaji sebagai balas jasa dari pihak perusahaan, dan jumlahnya tergantung dari jenis profesi yang dilakukan. Dalam hal ini Friska tidak terlalu memperdulikan seberapa besar gaji yang ia dapatkan. 
"Yang terpenting suara rakyat bisa terdengar oleh pihak atas, Mas." Tegas Friska.

Konsistensi Friska pada komitmen sebagai jurnalis ini didukung oleh banyak pihak. Mulai dari rekan, senior, hingga para mentor. Dalam hal ini mentor menjadi peran terpenting dalam menjaga komitmennya sebagai jurnalis. Menurutnya, mentor adalah orang yang paling berjasa dalam perjalanan karirnya. Banyak ilmu yang Friska serap dari sang mentor, hingga ia menjadi sebesar sekarang ini.

Banyak sekali pengalaman yang didapatkan oleh Friska selama menjadi jurnalis. Pahit, manis, sedih, bahagia sudah 'kenyang' dilaluinya. Ada satu pengalaman pahit yang pernah didapatkan oleh friska yang hingga saat ini menjadi kenangan paling berharga baginya. Ia pernah ditodong celurit oleh beberapa orang pada saat pulang dari sebuah penyidikan kasus korupsi di sebuah kantor Instansi Pemerintah di Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur. Hal itu membuat trauma Friska hingga ia vakum menulis selama satu bulan. 

"Ya seperti itu lah mas, tantangan seorang jurnalis. Tak selamanya apa yang kita angkat akan menuai pro dari semua pihak, namun pasti juga akan menuai kontra dari beberapa pihak. Kita sebagai seorang jurnalis harus senantiasa berhati-hati terhadap resiko yang akan kita terima. Apalagi seorang jurnalis wanita, tentu tak akan sepenuhnya bisa mengandalkan fisik untuk melawan, jadi kita harus lebih ekstra berhati-hati." Jelas Friska.

Menjadi jurnalis memang tidak mudah, namun jika ada niat dan konsistensi pasti akan berhasil. Friska juga memberikan tips agar bisa menjadi jurnalis yang besar seperti dirinya. Yaitu perbanyaklah membaca dan menulis. Karena dengan membaca kita akan menambah 'bank kata' dalam otak kita, sehingga banyak kosa kata yang kita simpan. Selain membaca, menulis juga menjadi hal terpenting untuk menjadi jurnalis. Dengan semakin sering menulis, kita juga akan semakin melatih keterampilan dalam hal olah kata. (Yos14)

Friska Kalia saat menjadi pemateri pada Pelatihan Jurnalistik Tingkat Dasar IDEAS
di Ambulu, Jember, 24 Maret 2018


2 comments: