Friska
Kalia adalah seorang jurnalis wanita asal Bondowoso, Jawa Timur. Friska memulai
karir profesionalnya sejak 2013 silam. Saat ini Friska berprofesi sebagai
penulis berita di salah satu media berita nasional. Selain itu, Friska saat ini
menjabat sebagai ketua Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI) Jember.
"Ini
adalah profesi, bukan pekerjaan."
Friska
hanya mau menyebut jurnalis adalah sebuah profesi baginya, bukan sebagai
pekerjaan. Profesi adalah kata serapan
dari sebuah kata dalam bahasa Inggris "Profess", yang dalam bahasa
Yunani adalah "Επαγγελια", yang bermakna: "Janji untuk memenuhi
kewajiban melakukan suatu tugas khusus secara tetap/permanen". Dalam hal
ini Friska menjelaskan bahwa dirinya tetap menjaga ideologi pers yang
berkomitmen untuk menyuarakan suara yang tak terdengar. Sedangkan pekerjaan adalah
suatu hubungan yang melibatkan dua pihak antara perusahaan dengan para
pekerja/karyawan. Para pekerja akan mendapatkan gaji sebagai balas jasa dari
pihak perusahaan, dan jumlahnya tergantung dari jenis profesi yang dilakukan. Dalam
hal ini Friska tidak terlalu memperdulikan seberapa besar gaji yang ia
dapatkan.
"Yang terpenting suara rakyat bisa terdengar oleh pihak
atas, Mas." Tegas Friska.
Konsistensi Friska pada komitmen sebagai jurnalis ini
didukung oleh banyak pihak. Mulai dari rekan, senior, hingga para mentor. Dalam
hal ini mentor menjadi peran terpenting dalam menjaga komitmennya sebagai
jurnalis. Menurutnya, mentor adalah orang yang paling berjasa dalam perjalanan
karirnya. Banyak ilmu yang Friska serap dari sang mentor, hingga ia menjadi
sebesar sekarang ini.
Banyak sekali pengalaman yang didapatkan oleh Friska selama
menjadi jurnalis. Pahit, manis, sedih, bahagia sudah 'kenyang' dilaluinya. Ada
satu pengalaman pahit yang pernah didapatkan oleh friska yang hingga saat ini
menjadi kenangan paling berharga baginya. Ia pernah ditodong celurit oleh
beberapa orang pada saat pulang dari sebuah penyidikan kasus korupsi di sebuah
kantor Instansi Pemerintah di Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur. Hal itu membuat
trauma Friska hingga ia vakum menulis selama satu bulan.
"Ya seperti itu lah mas, tantangan seorang jurnalis. Tak
selamanya apa yang kita angkat akan menuai pro dari semua pihak, namun pasti
juga akan menuai kontra dari beberapa pihak. Kita sebagai seorang jurnalis
harus senantiasa berhati-hati terhadap resiko yang akan kita terima. Apalagi
seorang jurnalis wanita, tentu tak akan sepenuhnya bisa mengandalkan fisik
untuk melawan, jadi kita harus lebih ekstra berhati-hati." Jelas Friska.
Menjadi jurnalis memang tidak mudah, namun jika ada niat dan
konsistensi pasti akan berhasil. Friska juga memberikan tips agar bisa menjadi
jurnalis yang besar seperti dirinya. Yaitu perbanyaklah membaca dan menulis.
Karena dengan membaca kita akan menambah 'bank kata' dalam otak kita, sehingga
banyak kosa kata yang kita simpan. Selain membaca, menulis juga menjadi hal
terpenting untuk menjadi jurnalis. Dengan semakin sering menulis, kita juga
akan semakin melatih keterampilan dalam hal olah kata. (Yos14)
Friska Kalia saat menjadi pemateri pada
Pelatihan Jurnalistik Tingkat Dasar IDEAS
di Ambulu, Jember, 24 Maret 2018
Good job 👍👍👍
ReplyDeletemantabb gan. blogwalk ke balik bimacrazyd.blogspot.com
ReplyDelete